Pada suatu hari ketika ayam hutan tengah berburu, matanya tertumbuk pada seekor semut dan paruhnya lalu mematuk salah-satu kaki semut itu.
Ketika hampir saja menelannya, sang semut tertawa dan berteriak ”ayam hutan, tertawalah seperti aku kalau kau bisa!”
Ayam itu terkejut bukan kepalang. Ia tak berhenti berpikir. Dengan cepat ia membuka paruhnya dan tertawa, lalu berkata: ‘’sekarang giliran akulah yang tertawa bukan kamu”.
Dan pada saat itu juga semut itu melarikan diri dari jepitan paruhnya ayam yang membuka kembali, dan ayam hutan yg bodoh itu termangu-mangu sendirian di tempatnya berpijak.
Kesimpulan: Jika manusia tertawa pada saat yang salah, tentu ia tak akan berhasil. Ia akan menyesal dan menangis karena tertawa terlampau dini.
(”Izuddin” dalam cerita ”Laila Majnun”)
Ayam itu terkejut bukan kepalang. Ia tak berhenti berpikir. Dengan cepat ia membuka paruhnya dan tertawa, lalu berkata: ‘’sekarang giliran akulah yang tertawa bukan kamu”.
Dan pada saat itu juga semut itu melarikan diri dari jepitan paruhnya ayam yang membuka kembali, dan ayam hutan yg bodoh itu termangu-mangu sendirian di tempatnya berpijak.
Kesimpulan: Jika manusia tertawa pada saat yang salah, tentu ia tak akan berhasil. Ia akan menyesal dan menangis karena tertawa terlampau dini.
(”Izuddin” dalam cerita ”Laila Majnun”)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan